Laman

8.26.2012

Pedih Melirih


telah setuju aku menanti.
isak tangisku menempel di dinding. gemanya bisa berbunyi kapan saja.
terkadang seperti bunyi kosong yang menggaungkan bingung.

air mata tak pernah berlinang indah.
dia juga tau.
dia meyakinkanku untuk tetap percaya
bahwa suatu hari dia akan datang mengunjungi kebun masa depan kita.

dan aku akan selalu punya banyak waktu untuk menunggu.

dan terus menunggu.

jatuh yang jauh. sakit yang kejam.
dia mendapati diriku terbaring ketakutan seperempat mati.
tanpa bukti.

senyap.
aku terbekap.
sedetik lewat bagai tersengat.

pedihnya makin menganga.
sedangkan dia hanya tertawa.
dan meneriakan sederet kalimat yang tak pernah genap.

hening.
pelan ku dengar hatikupun jatuh dengan denting lirih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar